PENJELASAN
CONTOH PERILAKU SUFISTIK DAN HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK
(Untuk memenuhi laporan diskusi Akidah Akhlak)
Kelompok I
-
Cika Fernanda
-
Ana Farhana
-
Rifki Awaludin
-
Erna Ernawati
-
Fauziah Awaliah
-
Rita ahmawati
KEMENTRIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MADRASAH
ALIYAH NEGERI 2 CIAMIS
Jl. Yos Sudarso No. 53 Ciamis Kab. Ciamis 46211
2014
PENJELASAN
CONTOH PERILAKU SUFISTIK DAN HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK
D. Contoh Perilaku Sufistik
(oleh Cika Fernanda)
Kehidupan pribadi rosululloh menjadi
cermin bagi setiap umat manusia yang iman dan beramal shaleh,baik menjadi
cermin dari segi prilaku diri Rosululloh,maupun dari segi sosialisasi berliau
bersama umat muslim lainya pada zamanya.hal itu bukan didasarkan pada perilaku
baik yang dilakukan Rosululloh saja,melainkan karena apa yang Rosululloh
lakukan adalah bentuk perwujudan dari apa yang tertulis,atau diperintahkan
dalam Al-Qur’an.seperti yang digambarkan dalam QS.Al-Ahzab:21 yang artinya :
“sungguh
telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Alloh”
Didalam surat ini Alloh menegaskan pada
diri Rosululloh itu ada contoh atau perilaku yang baik,dan orang yang mengharap
rahmat Alloh yang patut untuk mencontohnya mengamalkan segala perintahnya dan
mencontoh segala amalnya.
Begitu juga ketika beliau melaksanakan
hubungan dengan Alloh,beliau tidak menjadikan ibadah sebagai kewajiban tetapi
lebih dari itu beliau menjadikan ibadah sebagai rasa rindu untuk mengingat
Alloh.perilaku Rosululloh yang seperti itu patut dijadikan sebagai contoh
perilaku susfistik yang oleh para sahabat sering dijadikan contoh dalam setiap
aspek kehidupan mereka.sebagian ulama berpendapat bahwa perilaku Rosululloh
tersebut sudah dilakukan beliau sebelum Alloh angkat menjadi Rosul yang
kemudian mencapai puncaknya ketika Rosululloh bermeditasi di Gua Hir’a.
Rosululloh dapat merasakan limpahan nikmat yang diberikan Alloh dalam bentuk
jagad raya dan fenomena yang sangat menakjubkan,kemudian Rosululloh mendapatkan
limpahan karunia dan rahmat Alloh yang tak terhingga.
Pengalaman Rosululloh inilah yang
dijadikan oleh para ahli tasawuf sebagai contoh kesabaran dan penghambaan yang
sangat total,bagaimana Rosululloh melakukan totalitas kesabaran sebagai makhluk
dan totalitas dalam menyembah dan mengabdi kepada sang khalik dengan penuh rasa
rindu.
Karena semua yang dilakukan Rosululloh
inilah sehingga beliau menjadi hamba Alloh yang sangat sabar dalam menghadapi
cobaan dan selalu mengingat Alloh ketika beliau berada dalam kesusahan,dan juga
selalu melakukan amal kebaikan meskipun mendapatkan cemoohan,seperti contohnya
Rosululloh beberapa kali dijebak oleh kaum jahiliyah ketika beliau akan pergi
kemasjid.diludahi,diselimuti kulit unta,sudah menjadi ujian Rosululloh dalam
melatih kesabaranya,Subhanalloh…
Karena pentingnya keyakinan dalam
kehidupan,beliau bersabda, “yang sangat
aku takuti diantara ketakutan-ketakutan terhadap umatku ialah lemah
keyakinanya,dan kelemahan keyakinan itu disebabkan dua hal yaitu karena melihat
orang-orang yang lupa akan agamanya,dan bergaul dengan orang-orang yang suka
pada kejahatan dan bersifat kasar”(Mustafa Zahri)
Maksud dari sabda Rosululloh ini adalah
begitu takutnya beliau akan melemahnya keyakinan terhadap Alloh yang disebabkan
oleh dua hal,yaitu melihat orang yang lupa agamanya,maksud nya melihat
orang-orang yang bermaksiat atau dengan kata lain melemahnya keyakinan karena
tergoda dengan maksiat yang dilakukan orang lain,yang kedua adalah karena
bergaul dengan orang-orang yang suka pada kejahatan,seperti pribahasa yang kita
tahu,apabila kita bergaul dengan penjual parfum maka kita akan tertular
wangi,dan apabila kita bergaul dengan penggali tanah maka kita akan terkena
kotor.begitu pula dengan pergaulan,begitu mudahnya dalam mempengaruhi perilaku
dan akhlak kita,dan itu sebabnya Rosululloh sangat takut umatnya kehilangan
keyakinan karena Alloh.
Ketika seorang hamba dalam semua aspek
kehidupanya sudah berpuncak kepada Alloh,maka mereka akan memiliki sifat
zuhud,yaitu mengedepankan kehidupan akhirat dari pada kehidupan duniawi,dan
lebih menganggap kehidupan duniawi hanyalah batu pijakan menuju kehidupan yang
kekal di akhirat nanti.Allohu Akbar…..
(oleh Rita Rahmawati)
“Karenanya untuk hal-hal yang bersifat duniawi.
Rasulullah lebih menampilkan kehidupan
sangat sederhana. Hidup dalam kezuhudan, bahkan terkadang memakai pakaian
tambalan, tidak makan dan tidak minum kecuali yang halal dalam ukuran yang
cukup untuk sekedar menguatkan fisik. Sementara hari-harinya dilalui untuk
beribadah kepada Allah SWT. Melalui
mujahadah., muraqabah, dzikir, dan Salatullail (mukasyafah) bermunajat kepada
Allah SWT. Hingga larut malam, sujud hingga kaki nya bengkak,sampai-sampai Siti
Aisyah r.a bertanya, “Apakah engkau tidak ingin agar aku menjadi hamba yang
beryukur?” Terlepas dari semua itu beliau telah mencapai indahnya bersama sang
kekasih dan dengan jalan ini pula beliau dapat mencapai hakikat ketuhanan.
Jadi maksudnya untuk hal yang menyangkut
keduniawian Rasulullah lebih memilih hidup secara sederhana tidak
berlebih-lebihan. Bahkan terkadang ia memakai baju tambalan, makan dan minum
harus halal sekedarnya saja asalkan dapat menguatkan fisik. Hingga pernah
istrinya bertanya mengapa beliau begitu taat padahal dosa-dosanya diampuni
allah, dan nabi menjawab apakah istrinya tidak ingin agar ia menjadi orang yang
bersyukur. Dan dengan kesederhanaan itu ia telah mencapai indahnya hidup ini.
“Diriwayatkan
bahwa pada suatu hari datanglah jibril kepada rasulullah menyampaikan salam
Allah dan bertanya “Manakah yang engkau suka ya Muhammad, menjadi seorang nabi
yang kaya seperti nabi Sulaiman atau menjadi nabi yang miskin seperti nabi
ayub?” Lalu beliau menjawab, “Aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari.
Jika kenyang aku bersyukur dan jika lapar aku bersabar atas cobaan tuhan.”
Maksud
nya adalah ketika jibril bertanya apakah nabi lebih memilih untuk menjadi nabi
yang kaya atau miskin maka beliau tidak memilih keduanya. Tapi beliau ingin
ketika dia berada dia bersyukur dan ketika dia kekurangan dia bersabar atas
cobaan dari Allah S.W.T. Yang tidak akan menjadikan nya manusia yang sombong
ketika dia berada dan menjadikannya mengeluh ketika dia kekurangan.
“Kehidupan
zuhud ini selalu beliau anjurkan kepada para sahabatnya, dan dalam do’a nya
beliau meminta, “Ya Allah,jadikanlah aku orang yang fakir dan hidupkanlah
bersama para fakir.” Rasulullah juga bersabda , “Dan zuhudlah terhadap dunia
supaya Allah mencintaimu, dan zuhudlah pada apa yang ada di tangan manusia
supaya manusia juga cinta akan dirimu.” (H.R. Ibnu majah,Tabrani dan Baihaqi)
Makasudnya
dari hadist diatas adalah Nabi meminta agar ia dijadikan orang yang fakir dan
dihidupkan bersama orang yang fakir. Dan beliau memerintahkan agar kita
bersikap zuhud agar dicintai Allah dan juga dicintai manusia.
Hadis
lain meriwayatkan bawa ketika islam telah berkembang luas dan kaum muslimin
telah memperoleh kemakmuran,sahabt Umar bin Khatab r.a berkunjung kerumah
Rasulullah S.A.W. Ketika dia telah masuk di dalamnya, dia tertegun melihat isi
rumah beliau. Yang ada hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau
gunakan untuk berwudhu. Keharuan muncul di hati Umar r.a yang kemudian tanpa
sadar air matanya berlinang. Maka kemudian Rasulullah S.A.W menegurnya
“Gerangan apakah yang membuatmu menangis,wahai sahabatku?” Umar pun menjawab
“Bagaimana aku tidak menangis ya Rasulullah! Hanya seperti ini keadaan yang
kudapati di rumah tuan. Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sbuah
meja dan sebuah geriba, padahal ditangan tuan telah tergenggam kunci dunia
timur dan dunia barat dan kemakmuran telah melimpah.” Lalu beliau menjawab,
“Wahai Umar aku ini adalah Rasul Allah. Aku buka seorang kaisar dari romawi dan
juga bukan seroang kisra dari persia. Mereka hanyalah mengejar duniawi,
sementara ak mengutamakan ukhrawi.”
Maksudnya
adalah ketika islam sudah menyebar luas dan umat muslim sudah makmur maka
kehidupan Rasulullah tetap lah sederhana
hingga membuat Umar r.a terharu dan tanpa sadar meneteskan air mata dan ini
membuktikan bahwa rasul lebih memilih untuk hidup sederhana dan mementingkan
kehidupan akhirat dibandingkan harus hidup bergelimang harta tetapi melupakan
kehidupan akhirat dan lebih mengejar kehidupan dunia saja.
(oleh Erna ernawati)
Rosululoh adalah seorang khalifah yang sangat
kaya melebihi kekayaan romawi dan persia. Tetapi rosululoh tidak mementingkan
kekayaan dunia. Jika Sahabat rosul kaya, rosululloh khawatir mereka akan saling
menyombongkan kekayaannya dan mereka akan terpecah belah karena iman mereka
lemah, sebab mereka telah terpaut dengan kekayaan duniawi. Ini merupakan
sebagian dari nilai sufistik.
Rosihan
Anwar berkata, “aku mendapatkan kemuliaan dalam ketaqwaan, kefanaa dalam
keagungan dan kerendaham hati” itu artinya hanya dengan ketaqwaan dan beriman
kepada alloh swt kita akan merasakan kemuliaan hidup menjadi tenang dan
tentram, akan berbeda dengan orang yang tidak bertaqwa kepada alloh swt, mereka
akan merasakan kefanaan atau kerusakan.
Meskipun
Abu Bakar adalah seorang khalifah atau seorang raja, tetapi dia tidak pernah
angkuh dan tidak pernah mementingkan duniawi.
Beliau
sering mengganjal perutnya dengan batu untuk menahan rasa lapar karena beliau
tidak ingin memakan makanan yang meragukan, apakah makanan itu halal atau haram.
Jadi beliau selalu hati” dalam memakan sesuatu agar tidak terjerumus memakan
makanan yang haram.
Karena
Abu Bakar tidak mau apabila ditubuhnya tumbuh sesuatu yang haram, maka ia
sengaja memasukan tangannya ke dalam mulutnya agar dapat memuntahkan makanan
haram itu, karena kalau tumbuh sesuatu yang haram di dalam perutnya, makan
neraka adalah tempat baginya.
(oleh Anna Farhana)
“begitu
juga Umar bin Khattab, tak jarang tampil berkhotbah di hadapan kaum Muslimin
dengan pakaian yang sangat sederhana yang tak layak untuk seorang Khalifah.”
Jadi
maksudnya, Umar bin Khattab seorang Khalifah dimana beliau saat berkhotbah di
hadapan kaum Muslimin beliau selalu memakai pakaian yang sangat sederhana atau
tidak pernah memakai pakaian yang mewah, bahkan pakaiannya pun sampai
sobek-sobek sehingga banyak orang pun yang berbicara bahwa pakaian tersebut
tidak pantas untuk dipakai oleh seorang Khalifah, tetapi beliau pun tidak
peduli orang berkata apapun, karena Allah SWT. Tidak menilai dari segi pakaian,
tetapi karena dari segi keimanan dan ketaqwaan.
“Seorang
Khalifah yang selalu duduk membaur bersama rakyatnya tanpa tempat duduk yang di
khususkan, tidur dimana saja, diatas tikar di rumahnya atau di atas pasir di
bawah pohon kurma, dan makan apa adanya.”
Jadi
maksudya, beliau tidak membedakan antara yang kaya dan yang miskin, bahkan
sekalipun beliau yang sebagai seorang Khalifah tidak pernah mengkhususkan untuk
dirinya sendiri dari segi apapun, semua disamakan tidak ada perbedaan, yang
membedakan dimana Allah SWT. Itu hanya melihat dari segi keimanan dan
ketaqwaannya saja.
“Dan
ketika masyarakat lelap dalam tidur, beliau berjalan berkeliling untuk
mengetahui keadaan kaumnya.”
Khalifah
Umar bin Khattab selalu melihat keadaan kaumnya dan memastikan kaumnya dalam keadaan
baik-baik saja, beliau melihat kaumnya saat keadaan tertidur.
(oleh Fauziah Awaliah)
E. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Sebagaimana
telah diuraikan bahwa tsawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk
dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, atau ilmu untuk memperbaiki hati
sehingga tasawuf dapat diartikan bersihnya hati dan tertujunya hati hanya
kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Basyar bin Harits,
“Seorang sufi adalah orang yang dapat menyucikan hatinya untuk Allah SWT.
Sedangkan akhlak adalah kebiasaan dari perilaku manusia yang berjalan
sehari-hari atau sebagaimana disampaikan al-Ghazali, “ akhlak ialah suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menjadi pendorong timbulnya perbuatan secara
mudah dengan tanpa memerlukan pikiran terlebih dahulu. “
·
Jadi dengan menerapkan prinsip tasawuf
dalam kehidupan maka seseorang yang
menerapkannya akan bisa mengetahui kebaikan atau keburukan jiwanya. Dan dia tau
cara membersihkan keburukan itu dengan sifat-sifat terpuji yang diperintahkan
Allah. Seperti yang dikatakan Basyar bin Harits. Sedangkan akhlak kebiasaan
yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menurut al-Ghazali
yang maksudnya akhlak suatu sifat manusia yang tertanam dalam jiwanya menjadi pendorong perbuatan yang akan
dilakukannya.
KH.
Kholil dengan mengutip pendapat Athaillah Askandariyah mengatakan bahwa akhak
adalah sesuatu yang tersimpan di dalam rahasia hati yang tersembunyi, lahir dan
nyata pada perilaku-perilaku yang dapat dilihat mata telanjang. Rasulullah
bersabda “ jika hati ini khusyuk ( semata-mata niat ikhlas karena Allah ) akan
khusyuk pula segala anggota badan lahiriyahnya.
·
Jadi akhlak adalah sesuatu cermianan
diri yang tersimpan di dalam hati yang tidak bisa diketahui atau tersembunyi,
tidak bisa dilihat orang lain dengan mata telanjang . seperti sabda Rasulullah
yang maksudnya jika hati khusyuk pada Allah maka akan khusyuk pula semua
perbuatannya , karena suatu perbuatan di pengaruhi oleh niat dalam hati.
Jika
akhlak seseorang baik, akan senantiasa baik pula hatinya. Tidak mungkin seorang
penjahat, penjudi atau kriminalis hatinya mulia, atau sebaliknya orang menjaga
dirinya dari kemaksiatan dan rendah hati lalu hatinya busuk. Bagaimanapun
suasana batin akan memengaruhi suasana lahir, karena kedua hal itu tidak dapat
dipisahkan.
·
Jadi jika akhlak seseorang baik maka
pasti hatiny baik, karena tidak mungkin sseorang yang berbuat kejahatan hatiny
akan baik ataupun sebaliknya. Karena sebelum melakukan sesuatu didasari niat
yang munculnya dari hati. Dan suasana batin sangat berhubungan erat dengan
suasana la
(oleh Rifki Awaludin)
Jika
dilihat dari definisi berikut uraian yang mengikutinya, dapat dipahami bahwa
terbentuknya ahlak pada diri manusia sangat di pengaruhi oleh aspek internal
atau kejiwaan manusia itu sendiri. Jadi maksudnya ialah manusia itu sendiri
yang menentukan mana jalan yang akan dipilihnya baik jalan yang baik yang
dipilihnya maupun jalan yang buruk. Akan tetapi, perlu diakui bahwa jiwa
manusia tidak selamanya berada dalam kondisi yang stabil, maksudnya ialah
bahwa manusia seringkali berada dalam
kondisi keterpurukan atau kondisi yang goncang, yang mudah mengarahkan
pemiliknya pada perilaku yang menyimpang atau perilaku yang tidak sesuai dengan
aturan agama, contohnya mungkin seperti seseorang yang sedang mengalami masalah
yang sangat berat dan dia tidak dapat menyelesaikannya sehingga dia memilih
jalan yang salah untuk menghilangkan stresnya seperti narkoba, mabuk, dan
perbuatan tercela lainnya, nah! tipikal orang yang seperti ini biasanya ialah
orang yang mudah menyerah, orang yang tidak percaya akan pertolongan Allah SWT.
Dan orang yang tidak pernah berusaha untuk memecahkan sebuah masalah sehingga
yang ada di benaknya hanyalah kegagalan dan akhirnyapun dia prustasi dan
memilih jalan yang menyimpang untuk
menghilangkan stresnya itu. Karena itu, untuk sampai kepada kesempurnaan, jiwa
manusia membutuhkan latihan-latihan spiritual melalui perjalanan menuju Allah
secara benar dan sempurna, contohnya mungkin seperti sholat malam, sholat duha,
dan sholat-sholat sunnah yang lainya, dan juga sperti membaca Al-Qur’an, membaca
sholawat mendengarkan siraman rohani dan masih banyak lagi yang lainya. Nah!
Tentunya ibadah-ibadah sunnah ini harus dilakukan secara terus menerus dan
dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT. Dan juga membutuhkan norma dan nilai
yang secara murni dapat membentuk molaritas yang luhur, yang denganya manusia
mendapat kebahagiaan sejati.
Uraian
diatas memeberikan gambaran bahwa ada hubungan kuasalitas yang erat antara
ahlak dan tasawuf seperti hubungan ibu dengan anak dimana masing-masing memberi pesan yang sangat vital terhadap yang
lain. Maksudnya ialah bahwa ahlak dan tasawuf itu tidak bisa di pisahkan dan
kaitan nya sangat erat sekali.Tasawuf memberikan nilai dasar terhadap dan ahlak
mewarnai pembemtukan nilai-nilai sufistik manusia.


No comments:
Post a Comment