Laa'tahzan

welcome

Assalamualaiqum Wr.Wb Hay:) ,nikmatilah kunjungan anda di Blog Laa'tahzan ini, berikan komentar anda jika ada hal yang ingin di tanyakan. Ambilah manfaat yang banyak dari blog ini, dan jangan lupa untuk share yaa SEMOGA MEMBANTU :)

Tuesday, January 13, 2015

MAKALAH PENJELASAN CONTOH PERILAKU SUFISTIK DAN HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK

PENJELASAN CONTOH PERILAKU SUFISTIK DAN HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK
(Untuk memenuhi laporan diskusi Akidah Akhlak)


 


Kelompok I
-         Cika Fernanda
-         Ana Farhana
-         Rifki Awaludin
-         Erna Ernawati
-         Fauziah Awaliah
-         Rita ahmawati


KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 CIAMIS
Jl. Yos Sudarso No. 53 Ciamis Kab. Ciamis 46211
2014



PENJELASAN CONTOH PERILAKU SUFISTIK DAN HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK

D. Contoh Perilaku Sufistik
(oleh Cika Fernanda)
Kehidupan pribadi rosululloh menjadi cermin bagi setiap umat manusia yang iman dan beramal shaleh,baik menjadi cermin dari segi prilaku diri Rosululloh,maupun dari segi sosialisasi berliau bersama umat muslim lainya pada zamanya.hal itu bukan didasarkan pada perilaku baik yang dilakukan Rosululloh saja,melainkan karena apa yang Rosululloh lakukan adalah bentuk perwujudan dari apa yang tertulis,atau diperintahkan dalam Al-Qur’an.seperti yang digambarkan dalam QS.Al-Ahzab:21 yang artinya :
“sungguh telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Alloh”
Didalam surat ini Alloh menegaskan pada diri Rosululloh itu ada contoh atau perilaku yang baik,dan orang yang mengharap rahmat Alloh yang patut untuk mencontohnya mengamalkan segala perintahnya dan mencontoh segala amalnya.
Begitu juga ketika beliau melaksanakan hubungan dengan Alloh,beliau tidak menjadikan ibadah sebagai kewajiban tetapi lebih dari itu beliau menjadikan ibadah sebagai rasa rindu untuk mengingat Alloh.perilaku Rosululloh yang seperti itu patut dijadikan sebagai contoh perilaku susfistik yang oleh para sahabat sering dijadikan contoh dalam setiap aspek kehidupan mereka.sebagian ulama berpendapat bahwa perilaku Rosululloh tersebut sudah dilakukan beliau sebelum Alloh angkat menjadi Rosul yang kemudian mencapai puncaknya ketika Rosululloh bermeditasi di Gua Hir’a. Rosululloh dapat merasakan limpahan nikmat yang diberikan Alloh dalam bentuk jagad raya dan fenomena yang sangat menakjubkan,kemudian Rosululloh mendapatkan limpahan karunia dan rahmat Alloh yang tak terhingga.
Pengalaman Rosululloh inilah yang dijadikan oleh para ahli tasawuf sebagai contoh kesabaran dan penghambaan yang sangat total,bagaimana Rosululloh melakukan totalitas kesabaran sebagai makhluk dan totalitas dalam menyembah dan mengabdi kepada sang khalik dengan penuh rasa rindu.
Karena semua yang dilakukan Rosululloh inilah sehingga beliau menjadi hamba Alloh yang sangat sabar dalam menghadapi cobaan dan selalu mengingat Alloh ketika beliau berada dalam kesusahan,dan juga selalu melakukan amal kebaikan meskipun mendapatkan cemoohan,seperti contohnya Rosululloh beberapa kali dijebak oleh kaum jahiliyah ketika beliau akan pergi kemasjid.diludahi,diselimuti kulit unta,sudah menjadi ujian Rosululloh dalam melatih kesabaranya,Subhanalloh…
Karena pentingnya keyakinan dalam kehidupan,beliau bersabda, “yang sangat aku takuti diantara ketakutan-ketakutan terhadap umatku ialah lemah keyakinanya,dan kelemahan keyakinan itu disebabkan dua hal yaitu karena melihat orang-orang yang lupa akan agamanya,dan bergaul dengan orang-orang yang suka pada kejahatan dan bersifat kasar”(Mustafa Zahri)
Maksud dari sabda Rosululloh ini adalah begitu takutnya beliau akan melemahnya keyakinan terhadap Alloh yang disebabkan oleh dua hal,yaitu melihat orang yang lupa agamanya,maksud nya melihat orang-orang yang bermaksiat atau dengan kata lain melemahnya keyakinan karena tergoda dengan maksiat yang dilakukan orang lain,yang kedua adalah karena bergaul dengan orang-orang yang suka pada kejahatan,seperti pribahasa yang kita tahu,apabila kita bergaul dengan penjual parfum maka kita akan tertular wangi,dan apabila kita bergaul dengan penggali tanah maka kita akan terkena kotor.begitu pula dengan pergaulan,begitu mudahnya dalam mempengaruhi perilaku dan akhlak kita,dan itu sebabnya Rosululloh sangat takut umatnya kehilangan keyakinan karena Alloh.
Ketika seorang hamba dalam semua aspek kehidupanya sudah berpuncak kepada Alloh,maka mereka akan memiliki sifat zuhud,yaitu mengedepankan kehidupan akhirat dari pada kehidupan duniawi,dan lebih menganggap kehidupan duniawi hanyalah batu pijakan menuju kehidupan yang kekal di akhirat nanti.Allohu Akbar…..

(oleh Rita Rahmawati)

          “Karenanya untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Rasulullah  lebih menampilkan kehidupan sangat sederhana. Hidup dalam kezuhudan, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan, tidak makan dan tidak minum kecuali yang halal dalam ukuran yang cukup untuk sekedar menguatkan fisik. Sementara hari-harinya dilalui untuk beribadah kepada Allah SWT.  Melalui mujahadah., muraqabah, dzikir, dan Salatullail (mukasyafah) bermunajat kepada Allah SWT. Hingga larut malam, sujud hingga kaki nya bengkak,sampai-sampai Siti Aisyah r.a bertanya, “Apakah engkau tidak ingin agar aku menjadi hamba yang beryukur?” Terlepas dari semua itu beliau telah mencapai indahnya bersama sang kekasih dan dengan jalan ini pula beliau dapat mencapai hakikat ketuhanan.
 Jadi maksudnya untuk hal yang menyangkut keduniawian Rasulullah lebih memilih hidup secara sederhana tidak berlebih-lebihan. Bahkan terkadang ia memakai baju tambalan, makan dan minum harus halal sekedarnya saja asalkan dapat menguatkan fisik. Hingga pernah istrinya bertanya mengapa beliau begitu taat padahal dosa-dosanya diampuni allah, dan nabi menjawab apakah istrinya tidak ingin agar ia menjadi orang yang bersyukur. Dan dengan kesederhanaan itu ia telah mencapai indahnya hidup ini.
“Diriwayatkan bahwa pada suatu hari datanglah jibril kepada rasulullah menyampaikan salam Allah dan bertanya “Manakah yang engkau suka ya Muhammad, menjadi seorang nabi yang kaya seperti nabi Sulaiman atau menjadi nabi yang miskin seperti nabi ayub?” Lalu beliau menjawab, “Aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari. Jika kenyang aku bersyukur dan jika lapar aku bersabar atas cobaan tuhan.”
Maksud nya adalah ketika jibril bertanya apakah nabi lebih memilih untuk menjadi nabi yang kaya atau miskin maka beliau tidak memilih keduanya. Tapi beliau ingin ketika dia berada dia bersyukur dan ketika dia kekurangan dia bersabar atas cobaan dari Allah S.W.T. Yang tidak akan menjadikan nya manusia yang sombong ketika dia berada dan menjadikannya mengeluh ketika dia kekurangan.
“Kehidupan zuhud ini selalu beliau anjurkan kepada para sahabatnya, dan dalam do’a nya beliau meminta, “Ya Allah,jadikanlah aku orang yang fakir dan hidupkanlah bersama para fakir.” Rasulullah juga bersabda , “Dan zuhudlah terhadap dunia supaya Allah mencintaimu, dan zuhudlah pada apa yang ada di tangan manusia supaya manusia juga cinta akan dirimu.” (H.R. Ibnu majah,Tabrani dan Baihaqi)
Makasudnya dari hadist diatas adalah Nabi meminta agar ia dijadikan orang yang fakir dan dihidupkan bersama orang yang fakir. Dan beliau memerintahkan agar kita bersikap zuhud agar dicintai Allah dan juga dicintai manusia.
Hadis lain meriwayatkan bawa ketika islam telah berkembang luas dan kaum muslimin telah memperoleh kemakmuran,sahabt Umar bin Khatab r.a berkunjung kerumah Rasulullah S.A.W. Ketika dia telah masuk di dalamnya, dia tertegun melihat isi rumah beliau. Yang ada hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu. Keharuan muncul di hati Umar r.a yang kemudian tanpa sadar air matanya berlinang. Maka kemudian Rasulullah S.A.W menegurnya “Gerangan apakah yang membuatmu menangis,wahai sahabatku?” Umar pun menjawab “Bagaimana aku tidak menangis ya Rasulullah! Hanya seperti ini keadaan yang kudapati di rumah tuan. Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sbuah meja dan sebuah geriba, padahal ditangan tuan telah tergenggam kunci dunia timur dan dunia barat dan kemakmuran telah melimpah.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Umar aku ini adalah Rasul Allah. Aku buka seorang kaisar dari romawi dan juga bukan seroang kisra dari persia. Mereka hanyalah mengejar duniawi, sementara ak mengutamakan ukhrawi.”
Maksudnya adalah ketika islam sudah menyebar luas dan umat muslim sudah makmur maka kehidupan  Rasulullah tetap lah sederhana hingga membuat Umar r.a terharu dan tanpa sadar meneteskan air mata dan ini membuktikan bahwa rasul lebih memilih untuk hidup sederhana dan mementingkan kehidupan akhirat dibandingkan harus hidup bergelimang harta tetapi melupakan kehidupan akhirat dan lebih mengejar kehidupan dunia saja.

(oleh Erna ernawati)

 Rosululoh adalah seorang khalifah yang sangat kaya melebihi kekayaan romawi dan persia. Tetapi rosululoh tidak mementingkan kekayaan dunia. Jika Sahabat rosul kaya, rosululloh khawatir mereka akan saling menyombongkan kekayaannya dan mereka akan terpecah belah karena iman mereka lemah, sebab mereka telah terpaut dengan kekayaan duniawi. Ini merupakan sebagian dari nilai sufistik.
Rosihan Anwar berkata, “aku mendapatkan kemuliaan dalam ketaqwaan, kefanaa dalam keagungan dan kerendaham hati” itu artinya hanya dengan ketaqwaan dan beriman kepada alloh swt kita akan merasakan kemuliaan hidup menjadi tenang dan tentram, akan berbeda dengan orang yang tidak bertaqwa kepada alloh swt, mereka akan merasakan kefanaan atau kerusakan.
Meskipun Abu Bakar adalah seorang khalifah atau seorang raja, tetapi dia tidak pernah angkuh dan tidak pernah mementingkan duniawi.
Beliau sering mengganjal perutnya dengan batu untuk menahan rasa lapar karena beliau tidak ingin memakan makanan yang meragukan, apakah makanan itu halal atau haram. Jadi beliau selalu hati” dalam memakan sesuatu agar tidak terjerumus memakan makanan yang haram.
Karena Abu Bakar tidak mau apabila ditubuhnya tumbuh sesuatu yang haram, maka ia sengaja memasukan tangannya ke dalam mulutnya agar dapat memuntahkan makanan haram itu, karena kalau tumbuh sesuatu yang haram di dalam perutnya, makan neraka adalah tempat baginya.

(oleh Anna Farhana)

“begitu juga Umar bin Khattab, tak jarang tampil berkhotbah di hadapan kaum Muslimin dengan pakaian yang sangat sederhana yang tak layak untuk seorang Khalifah.”
Jadi maksudnya, Umar bin Khattab seorang Khalifah dimana beliau saat berkhotbah di hadapan kaum Muslimin beliau selalu memakai pakaian yang sangat sederhana atau tidak pernah memakai pakaian yang mewah, bahkan pakaiannya pun sampai sobek-sobek sehingga banyak orang pun yang berbicara bahwa pakaian tersebut tidak pantas untuk dipakai oleh seorang Khalifah, tetapi beliau pun tidak peduli orang berkata apapun, karena Allah SWT. Tidak menilai dari segi pakaian, tetapi karena dari segi keimanan dan ketaqwaan.
“Seorang Khalifah yang selalu duduk membaur bersama rakyatnya tanpa tempat duduk yang di khususkan, tidur dimana saja, diatas tikar di rumahnya atau di atas pasir di bawah pohon kurma, dan makan apa adanya.”
Jadi maksudya, beliau tidak membedakan antara yang kaya dan yang miskin, bahkan sekalipun beliau yang sebagai seorang Khalifah tidak pernah mengkhususkan untuk dirinya sendiri dari segi apapun, semua disamakan tidak ada perbedaan, yang membedakan dimana Allah SWT. Itu hanya melihat dari segi keimanan dan ketaqwaannya saja.
“Dan ketika masyarakat lelap dalam tidur, beliau berjalan berkeliling untuk mengetahui keadaan kaumnya.”
Khalifah Umar bin Khattab selalu melihat keadaan kaumnya dan memastikan kaumnya dalam keadaan baik-baik saja, beliau melihat kaumnya saat keadaan tertidur.




(oleh Fauziah Awaliah)

E. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
          Sebagaimana telah diuraikan bahwa tsawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, atau ilmu untuk memperbaiki hati sehingga tasawuf dapat diartikan bersihnya hati dan tertujunya hati hanya kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Basyar bin Harits, “Seorang sufi adalah orang yang dapat menyucikan hatinya untuk Allah SWT. Sedangkan akhlak adalah kebiasaan dari perilaku manusia yang berjalan sehari-hari atau sebagaimana disampaikan al-Ghazali, “ akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadi pendorong timbulnya perbuatan secara mudah dengan tanpa memerlukan pikiran terlebih dahulu. “
·        Jadi dengan menerapkan prinsip tasawuf dalam kehidupan maka  seseorang yang menerapkannya akan bisa mengetahui kebaikan atau keburukan jiwanya. Dan dia tau cara membersihkan keburukan itu dengan sifat-sifat terpuji yang diperintahkan Allah. Seperti yang dikatakan Basyar bin Harits. Sedangkan akhlak kebiasaan yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menurut al-Ghazali yang maksudnya akhlak suatu sifat manusia yang tertanam dalam jiwanya  menjadi pendorong perbuatan yang akan dilakukannya.

KH. Kholil dengan mengutip pendapat Athaillah Askandariyah mengatakan bahwa akhak adalah sesuatu yang tersimpan di dalam rahasia hati yang tersembunyi, lahir dan nyata pada perilaku-perilaku yang dapat dilihat mata telanjang. Rasulullah bersabda “ jika hati ini khusyuk ( semata-mata niat ikhlas karena Allah ) akan khusyuk pula segala anggota badan lahiriyahnya.
·        Jadi akhlak adalah sesuatu cermianan diri yang tersimpan di dalam hati yang tidak bisa diketahui atau tersembunyi, tidak bisa dilihat orang lain dengan mata telanjang . seperti sabda Rasulullah yang maksudnya jika hati khusyuk pada Allah maka akan khusyuk pula semua perbuatannya , karena suatu perbuatan di pengaruhi oleh niat dalam hati.
Jika akhlak seseorang baik, akan senantiasa baik pula hatinya. Tidak mungkin seorang penjahat, penjudi atau kriminalis hatinya mulia, atau sebaliknya orang menjaga dirinya dari kemaksiatan dan rendah hati lalu hatinya busuk. Bagaimanapun suasana batin akan memengaruhi suasana lahir, karena kedua hal itu tidak dapat dipisahkan.
·        Jadi jika akhlak seseorang baik maka pasti hatiny baik, karena tidak mungkin sseorang yang berbuat kejahatan hatiny akan baik ataupun sebaliknya. Karena sebelum melakukan sesuatu didasari niat yang munculnya dari hati. Dan suasana batin sangat berhubungan erat dengan suasana la

(oleh Rifki Awaludin)

Jika dilihat dari definisi berikut uraian yang mengikutinya, dapat dipahami bahwa terbentuknya ahlak pada diri manusia sangat di pengaruhi oleh aspek internal atau kejiwaan manusia itu sendiri. Jadi maksudnya ialah manusia itu sendiri yang menentukan mana jalan yang akan dipilihnya baik jalan yang baik yang dipilihnya maupun jalan yang buruk. Akan tetapi, perlu diakui bahwa jiwa manusia tidak selamanya berada dalam kondisi yang stabil, maksudnya ialah bahwa  manusia seringkali berada dalam kondisi keterpurukan atau kondisi yang goncang, yang mudah mengarahkan pemiliknya pada perilaku yang menyimpang atau perilaku yang tidak sesuai dengan aturan agama, contohnya mungkin seperti seseorang yang sedang mengalami masalah yang sangat berat dan dia tidak dapat menyelesaikannya sehingga dia memilih jalan yang salah untuk menghilangkan stresnya seperti narkoba, mabuk, dan perbuatan tercela lainnya, nah! tipikal orang yang seperti ini biasanya ialah orang yang mudah menyerah, orang yang tidak percaya akan pertolongan Allah SWT. Dan orang yang tidak pernah berusaha untuk memecahkan sebuah masalah sehingga yang ada di benaknya hanyalah kegagalan dan akhirnyapun dia prustasi dan memilih jalan yang menyimpang  untuk menghilangkan stresnya itu. Karena itu, untuk sampai kepada kesempurnaan, jiwa manusia membutuhkan latihan-latihan spiritual melalui perjalanan menuju Allah secara benar dan sempurna, contohnya mungkin seperti sholat malam, sholat duha, dan sholat-sholat sunnah yang lainya, dan juga sperti membaca Al-Qur’an, membaca sholawat mendengarkan siraman rohani dan masih banyak lagi yang lainya. Nah! Tentunya ibadah-ibadah sunnah ini harus dilakukan secara terus menerus dan dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT. Dan juga membutuhkan norma dan nilai yang secara murni dapat membentuk molaritas yang luhur, yang denganya manusia mendapat kebahagiaan sejati.
Uraian diatas memeberikan gambaran bahwa ada hubungan kuasalitas yang erat antara ahlak dan tasawuf seperti hubungan ibu dengan anak dimana masing-masing  memberi pesan yang sangat vital terhadap yang lain. Maksudnya ialah bahwa ahlak dan tasawuf itu tidak bisa di pisahkan dan kaitan nya sangat erat sekali.Tasawuf memberikan nilai dasar terhadap dan ahlak mewarnai pembemtukan nilai-nilai sufistik manusia.







No comments:

Post a Comment